Pages

Friday 9 March 2018

Mengetahui Posisi Seorang Istri



Menjadi seorang muslimah adalah sebuah pilihan. Karena sebelum menjadi seorang muslimah, wanita adalah makhluk Tuhan bernama manusia. Dimana memiliki kebebasan dalam setiap tindakannya. Namun bukan berarti bebas tanpa konsekuensi. Karena Allah sebagai pencipta, merupakan Dzat yang tidak berkewajiban menciptakan manusia, namun dengan kasih sayangnya, manusia diciptakan. 

Manusia terlalu banyak menuntut dibanding bersyukur atas apa yang telah Dia karuniakan. Maka dari itu, manusia diberikan kebebasan dalam berkelakuan di bumi, dengan catatan akan ada konsequensi yang akan dipertanggungjawabkannya kelak. 

Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala, beribadah sesuai tuntunannya bukan sekedar ibadah tanpa aturan. Maka dari itu Allah mengirimkan Nabi dan Rasul dari kalangan manusia itu sendiri untuk menyampaikan risalah-Nya agar manusia tidak tersesat dalam mengibadahi-Nya. 

Risalah itu berupa agama dimana manusia yang ingin selamat dan mendapatkan konsekuensi yang baik, berarti dia harus mengikuti agama. Sedangkan manusia yang tidak mau mengikuti risalah-Nya konsekuensinya pun tentu buruk karena sebagai manusia yang telah diberikan banyak nikmat, namun membangkang kepada Pencipta. 

Kembali lagi kepada muslimah, adalah pilihan untuk menjadi pengikut risalah-Nya. Begitu pula menjadi istri adalah sebuah pilihan, namun tidak melepaskan jabatannya sebagai manusia dan hamba Allah subhanahu wa ta'ala. Itu artinya, menjadi seorang istri pun harus tetap berdasarkan risalah-Nya dan tidak boleh keluar dari aturan-Nya. 


Banyak para feminis menentang aturan Allah yang diberikan kepada seorang istri. Mereka menganggap bahwa para lelaki yang beristri hanya menindas wanita dengan label istri dan wanita dianggap sebagai budak semata. Hal itu wajar, dan kita tidak bisa menyalahkan mereka. Karena bisa saja pikiran itu terlintas di kepala mereka karena latar belakang yang menimpa mereka sehingga memunculkan ide tersebut. 

Padahal justru Islam mengatur dan menjaga kehormatan seorang wanita. Jika seorang lelaki atau suami yang mengaku sebagai muslim namun dia masih melukai istrinya. Maka yang disalahkan adalah pribadi dia sendiri, bukan Islam. Dan justru harus dipertanyakan keislamannya. Karena Islam tidak mengajarkan suami untuk menganiaya istri, tidak mengajarkan suami untuk memperbudak istri, justru suami harus menjadikannya ratu di rumahnya. 

Apa yang dituntut para feminis memang benar, bahwa istri bukanlah seorang budak atau pembantu yang hanya melayani suami. Dan Islam pun berkata demikian. Justru Islam mengangkat derajat wanita dengan menjadikan satu surat di dalam Al-Qur'an bernama An-Nisa yang artinya wanita. 

Di dalam Islam, ada hak dan tanggungjawab. Ketika seorang istri menuntut haknya sebagai istri, maka dia pun tidak seharusnya lupa tentang kewajibannya sebagai istri. 

Sebenarnya segala hal menyangkut rumah tangga adalah kewajiban suami, seperti mencuci, memasak, menyapu, mencari nafkah, dan lain sebagainya adalah kewajiban suami. 

Namun pernikahan itu bukan hanya tentang satu orang, namun kolaborasi dua jiwa dan raga. Seorang istri tidak akan tega membiarkan suaminya kelelahan dan bersedih. Justru dengan perasaannya yang lembut, seorang istri pun akan dengan ikhlas membantu suami membersihkan rumah, menyiapkan makanan, dan lain sebagainya semata-mata didorong rasa cinta. 

Cinta yang dibangun dalam sebuah rumah tangga itu bukan menuntut kompetisi dimana salah satunya saling menuntut ego masing-masing dengan alasan menuntut hak, dan agar menjadi superior dalam rumah tangga. Justru dengan landasan cinta itulah setiap pasangan akan terdorong untuk berkorban. Rasa lelah karena melayani suami tidak akan membuatnya bersedih, justru akan membuatnya tersenyum karena berhasil meringankan beban suami. 


Istri adalah ratu, namun jangan lupa ratu memiliki pasangan seorang raja. Dimana raja memiliki andil untuk mengatur istana. Dan sebagai seorang ratu dia memiliki kewajiban untuk bergerak membantu sang raja dalam mengatur kerajaan. Tidak hanya menjadi pajangan di singgasana. 


Maka jangan bodoh dengan menuntut hak namun lupa menjalankan kewajiban. Jangan biarkan iblis membisikkan keburukan yang dibungkus dengan iming-iming kebaikan sejatinya menjerumuskan. Tetaplah terikat dengan aturan Islam. Islam tidak hadir untuk menurunkan derajat wanita, justru Islam hadir untuk mengangkat derajat wanita. 



No comments:

Post a Comment