Allah Itu Tidak Perlu Dibela, Dia Maha Segalanya
Argumen ini sering muncul untuk "menyerang" aksi bela islam yang sedang memanas. Kalau saya tidak salah ingat, kalimat serupa pernah dikatakan Alm. Gus Dur. Meski demikian, tulisan ini tidak bermaksud meremehkan Gus Dur, loh.
"Allah tidak perlu dibela, Dia Maha Segalanya!" Komentar itu muncul dan menjadi perdebatan serius di salah satu post anggota KBM. Saya cuma menyimak waktu itu karena belum berani ikut nimbrung berargumen. Bukan karena apa, tapi hanya karena sadar saya belum sepenuhnya paham dengan apa yang didiskusikan tersebut. Daripada kelihatan tololnya, mending saya diam.
Setelah itu, saya bertanya sama Mbah Guru saya, "Mbah, apa benar Allah dan Al-Qur'an tidak perlu dibela?"
"Gawekno aku kopi sek, mengko lagi tak jawab!(Buatkan aku kopi dulu, nanti baru kujawab!)" ucap Mbah Guru sambil menepuk pundakku.
Setelah dibuatin kopi, Mbah Guru mulai penjelasannya. Kurang lebih penjelasannya seperti ini:
Allah itu memang maha segalanya, tapi menyandingkan konteks tidak perlu dibela dengan konteks Allah Maha Segalanya itu salah kaprah. Sama seperti menyandingkan Al-Maidah:51 dengan konteks dibohongi/ dibohongi pake. Konteks membela itu hubungannya dengan menolong Agama Allah sedang konteks Allah Maha Segalanya adalah konteks Tauhid. Benar jika tanpa dibela pun Allah dan Kitabnya akan tetap terjaga kesuciannya. Tapi sekali lagi, kalau kita yakin akan kesuciannya ya harusnya kita membela ketika yang suci itu dihina/ direndahkan.
Allah berfirman:
ياَأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا، كُوْنُوْا أَنْصَارَ اللهِ
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian sebagai penolong-penolong Allah.” [Q.s. as-Shaf: 14]
Itu di Al-Quran jelas diterangkan untuk memerintahkan orang beriman menolong Allah. Dan tentu Allah memberikan balasan bagi mereka yang menjadi penolong Allah.
ياَ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنْ تَنْصُرُوْا اللهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong Allah, maka Dia akan menolong kalian, dan meneguhkan kedudukan kalian.” [Muhammad: 7]
Jadi Allah dalam konteks ini ingin bukti kesaksian kita Bahwa tiada Tuhan selain Allah.
Kalau Allah, Kitab-Nya dan agama-Nya tidak perlu dibela, buat apa Nabi Muhammad SAW berdakwah dan menyebarluaskan islam dan menggaungkan nama Allah? Bahkan sampai berperang hingga berdarah-darah demi tegaknya agama Allah? Jangan bilang kalau tidak ada sejarah islam berperang untuk menegakkan Agama Allah. Sejarah itu ada! Perang Uhud, Perang Badar dll itu pernah ada. Bahkan ada yang diabadikan di Al-Qur'an. Jadi apakah yang dilakukan Nabi itu bukan karena membela dan menjadi penolong Allah dan agamanya? Itu contoh sederhananya.
Kamu juga harus ingat, Le. Sebuah sejarah ketika seorang wanita Muslimah, kehormatannya dinista oleh Yahudi Bani Qainuqa’, Nabi SAW yang mulia mengumumkan perang kepada mereka. Ketika kehormatan seorang wanita Muslimah dinistakan oleh kaum Kristen Romawi, dia menjerit, “Wa Mu’tashimah [Wahai Mu’tashim, tolonglah!]”, pasukan Khalifah al-Mu’tashim pun meluluh lantakkan mereka, hingga Amuriah berhasil ditaklukkan. Ketika kehormatan Nabi Muhammad saw. dinista, Sultan ‘Abdul Hamid II, segera memperingatkan Inggris untuk menghentikan pementasan drama yang menista kemuliaan Nabinya, dan jika tidak, Khilafah ‘Ustmani akan melumat Inggris. Itu sejarah yang tidak bisa kita tampik lagi. Untuk apa mereka sampai seperti itu kalau tidak dalam rangka menunjukkan kepatuhan dan ketaatan kepada Allah dan Syariatny? Mereka itu memposisikan dirinya sebagai penolong Allah.
Aku kira kamu sudah paham sampai di sini. Jangan mudah imanmu diombang-ambingkan perkataan-perkataan manusia yang terkadang terlihat baik dan benar tapi kenyataannya sebaliknya. Telaahlah setiap kalimat dari orang lain yang berhubungan dengan Agama, Allah, Al-Quran, Nabi Muhammad dan syariat lainnya. Bertanyalah kalau kamu ragu. Jangan sekali-kali berani menyimpulkan sendiri seenak jidatmu itu. Lah Al-Quran aja cuma kamu baca kadang-kadang dan lebih sering jadi pajangan kuk "ceniningan" sok berargumen tentang islam.
Penjelasan Mbah Guru benar-benar menonjok telak isi kepalaku.
Lalu beliau mengakhiri penjelasannya dengan membacakan ayat ini:
أَلآ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ
“Ingatlah, sesungguhnya para pelindung/kekasih Allah itu tidak ada rasa takut sedikit pun pada diri mereka, dan mereka pun tidak bersedih.” [Q.s. Muhammad: 62]
Setelah itu Beliau bertanya,
"Jadi masih berani bilang kalau Allah, Al-Quran, Syariat Islam dan Nabi Muhammad tidak perlu dibela? Kalau masih nanti kamu mau tak rukyah aja biar setan di kepalamu mingat!" Mbah Guru menyeruput kopinya. Tiba-tiba wajahnya berubah.
"Kopinya kuk pahit, Le?"
Rupa-rupanya aku lupa menaburkan gula ke dalamnya karena kebiasaan mengopiku yang tanpa gula. Wkakakaka
Yogya, 2016
By :
Dhedi R Ghazali