Pages

Saturday 10 June 2017

Bicara Tentang Kematian


Ingat!
Mati tak melihat usia, rupa, kedudukan. Sekalipun kau ingin bernegosiasi dengan milyaran, ketetapan-Nya tak bisa kau lawan!
Tutup auratmu sekarang
Hapus auratmu di media sosial
Karena kau tak tahu, dari mana dosa jariyah berasal
Lihat ...!
Bumi tak

Jalan Cinta



Benar
Kita tidak bisa menggurui
Apalagi para tetua yang sudah jauh usia di atas kita
Dan title kita juga hanya bermantelkan agama
Kita hanya bisa merangkul dengan kata
Dengan hikmah yang tersebut di

Saturday 3 June 2017

Hypocrisy



Jangan ngaku "Saya Indonesia, Saya Pancasila" kalau nikah aja masih sama orang berkewarganegaraan Inggris, Belanda, Korea, India, Arab, dan warga lainnya. Kan nanti jadi punya dua kewarganegaraan.
Hayoh loh.

Sedangkan jika berkata, "Saya Islam." Maka Allah menyebarkan rahmat-Nya ke seluruh dunia serta

Friday 2 June 2017

Stop Ide Viralkan Sepilis!



Saat bumi Medsos bergemuruh karena aksi rusuh dari sayap kiri dan kanan. Saya memilih berada di tengah. Yang tengah emang asyik!

Dari isu tulisan yang viral, hingga tema plagiasi mengungkap nama penulis baik yang asli atau pun plagiat-nya. Yang jelas, ide si empunya tulisan kini banyak dibaca.

Syukur-syukur iman tidak goyah karena tipu daya tulisan yang mewah! Sekaliber penulis senior dengan tulisan garangnya.

Saya gak peduli sama penulisnya, hanya khawatir dengan isi tulisannya. Seperti Allah yang tidak menyukai orang-orang kafir, musyrik dan munafik, saya juga tidak suka kelakuan orang-orang seperti mereka yang menentang dan menyepelekan ayat-ayat-Nya.

Namun Allah mengampuni orang-orang kafir yang meninggalkan kekafirannya dan beriman kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha pengampun, Maha Penyayang. Dan saya pun akan mencintai mereka yang juga kembali ke jalan-Nya.

Well, saya bukan orang suci yang terbebas dari dosa dan khilaf. Namun hal itu tidak menghalangi saya untuk menolak pembangkangan kepada Allah.

Saya heran, dengan orang-orang yang ber-KTP islam, namun malah mendiskreditkan ajaran Islam itu sendiri. Dan memupuk serta menumbuh suburkan pemikiran Sekuler, Plural, dan Liberal.
Islam memang menerima adanya pluralitas (perbedaan yang majemuk) baik dari segi budaya, ras, pendapat, serta bahkan agama.
Buktinya "Untukmu agamamu, dan untukku agamaku." Al-Kafirun ayat 6.

Namun Allah sudah menetapkan bahwa hanya Islam agama yang diterima di sisi-Nya. Rujukannya Ali Imran ayat 19.
Oleh karena itu, jika plural yang diusung kaum Sepilis adalah mengatakan bahwa semua agama itu benar maka hal itu salah besar kalau muslim meyakininya.

Kembali lagi ke judul, bahwa hari ini media sosial digegerkan dengan dua penulis yang terjangkit sepilis, dan mereka berstatus muslim, walau saya gak lihat langsung ktp-nya sih. Sehingga banyak respon dari para penulis baik junior atau senior sekaliber Jonru Ginting, Iwan Januar sampai Om Abu Fauzan.

Saya tidak mau menyebut kedua nama penulis yang sedang viral ini, satu karena itu hanya membuat saya terlihat seperti sedang membantu membuatnya semakin viral. Dua karena saya tidak suka menyebut kedua namanya, mungkin akan terlihat semacam "Personal Attack" serangan pribadi-nya. Dan orang yang netral juga akan semakin malas merespon tulisan tentang mereka. Ketiga, pengusung ide Sepilis bukan hanya mereka. Jadi terlalu sempit kalau hanya membeberkan kerusakan mereka. Tapi abai terhadap aktivis Sepilis lainnya.

Saya sendiri, lebih suka jika menenggelamkan ide dasar yang mereka tulis dalam menyerang Islam. Yaitu dengan terus menulis apa yang Allah perintahkan. Menyeru pada kebaikan dan mencegah dari yang mungkar! Ali Imran ayat 110.

Semakin orang-orang berdebat di postingannya atau dipostingan orang-orang yang membelanya mereka semakin senang.

Secara pribadi, memupuk diri dengan keimanan dan mendidik semua orang dengan tulisan tentang keimanan lebih baik dari pada terus menyerang fakta penulisnya seperti ini atau seperti itu. Toh mereka tidak akan berubah seketika hanya dengan respon pedas kita. Allah yang membolak-balikkan hati manusia. Dan Allah yang mengilhamkan kepada manusia jalan kebaikan dan keburukan. Jika si "dia" memilih jalan keburukan, kita bisa apa? Cuma bisa berharap jika memang masih ada keimanan di dalam hatinya walau sebesar biji zarrah, semoga Allah menuntunnya kembali pada jalan yang benar.
Dan menjadi bagian dari para pembela Islam.
Yang penting serang idenya, bukan orangnya. Kalau orangnya, nanti kita diberangus dan dituduh teroris! Repotkan?

7 Ramadhan 1438 H, Jum'at
Cianjur-Indonesia.

Hak Bicara Jomblo 😄

Speak up Your Mind!

Katanya ...
Yang jomblo bicara masalah rumah tangga, itu belum relevan.

Sebentar ... menurut KBBI (kamus Besar Bahasa Indonesia) arti relevan adalah re·le·van /rélevan/ a kait-mengait; bersangkut-paut; berguna secara langsung

Jadi intinya jika dilihat dari arti tersebut maka dapat diartikan bahwa omongan jomblo tentang rumah tangga itu belum berguna secara langsung!

Well, bisa iya, bisa juga tidak. Ada benarnya juga sih, karena seorang jomblo belum tahu realitas dari kehidupan rumah tangga itu sendiri. Namun di sisi lain, sebenarnya walau status seseorang itu jomblo, dia masih bagian dari sebuah rumah tangga. Dan terkadang dia juga sering banyak menemukan kasus di sekitar mata kepalanya tentang kehidupan rumah tangga.

Rumah tangga sama dengan berkeluarga kan? Nah saya pun masih bagian dari anggota keluarga, jadi untuk saya pribadi. Sah-sah saja kalau singlelillah ngomongin masalah rumah tangga.
Nanti abis berumah tangga, bahasannya biar lebih mantap!

Tapi kalau saya, bicara rumah tangga ya untuk pengingat diri saya sendiri.
Karena biasanya saya ini mudah lupa kalau gak dicatat!

Makanya banyak-banyakin nyatet! Ntar tinggal prakteknya. Kan kalau ada yang merasa diingatkan karena tulisan saya juga syukur alhamdulillah.

Karena di luar sana masih banyak yang lupa bahwa Islam mengatur urusan rumah tangga, terkadang mereka memutuskan dan menyelesaikan masalah tanpa dilandaskan pemahaman rumah tangga yang diajarkan Nabi.

Gak sedikit istri-istri yang nusyuz, suami yang selingkuh, anak-anak yang durhaka, karena pemahaman agamanya tentang keluarga kurang, bahkan malah nol. Sekadar tau cara shalat tapi tak tahu cara mendidik anak. Tahu cara bercinta, tapi tak tahu cara memuliakan suaminya.

Intinya, hidup di dunia ini kita sama-sama belajar, apapun bahasannya. Selama itu landasannya Al-Qur'an dan Al-Hadits yah diambil saja inti pelajarannya.

Tahu cara menjaga diri dari zina (pacaran), itu juga bagian dari proses berumah tangga. Jadi biarkan jomblo berbicara untuk Indonesia, untuk masa depan kelurga.

😄
Maaf, ini cuma pikiran saya. Jangan jadi beban pikiran anda. Yah!

#Save_Jomblo
#Indonesiatanpapacaran
#Remaja_Islami
#Keluarga_Qurani
#Generasi_Rabbani

Nasehat Mbah Guru



Allah Itu Tidak Perlu Dibela, Dia Maha Segalanya

Argumen ini sering muncul untuk "menyerang" aksi bela islam yang sedang memanas. Kalau saya tidak salah ingat, kalimat serupa pernah dikatakan Alm. Gus Dur. Meski demikian, tulisan ini tidak bermaksud meremehkan Gus Dur, loh.

"Allah tidak perlu dibela, Dia Maha Segalanya!" Komentar itu muncul dan menjadi perdebatan serius di salah satu post anggota KBM. Saya cuma menyimak waktu itu karena belum berani ikut nimbrung berargumen. Bukan karena apa, tapi hanya karena sadar saya belum sepenuhnya paham dengan apa yang didiskusikan tersebut. Daripada kelihatan tololnya, mending saya diam.

Setelah itu, saya bertanya sama Mbah Guru saya, "Mbah,  apa benar Allah dan Al-Qur'an tidak perlu dibela?"

"Gawekno aku kopi sek, mengko lagi tak jawab!(Buatkan aku kopi dulu, nanti baru kujawab!)" ucap Mbah Guru sambil menepuk pundakku.

Setelah dibuatin kopi, Mbah Guru mulai penjelasannya. Kurang lebih penjelasannya seperti ini:

Allah itu memang maha segalanya, tapi menyandingkan konteks tidak perlu dibela dengan konteks Allah Maha Segalanya itu salah kaprah. Sama seperti menyandingkan Al-Maidah:51 dengan konteks dibohongi/ dibohongi pake. Konteks membela itu hubungannya dengan menolong Agama Allah sedang konteks Allah Maha Segalanya adalah konteks Tauhid. Benar jika tanpa dibela pun Allah dan Kitabnya akan tetap terjaga kesuciannya. Tapi sekali lagi, kalau kita yakin akan kesuciannya ya harusnya kita membela ketika yang suci itu dihina/ direndahkan.

Allah berfirman:

ياَأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا، كُوْنُوْا أَنْصَارَ اللهِ
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian sebagai penolong-penolong Allah.” [Q.s. as-Shaf: 14]

Itu di Al-Quran jelas diterangkan untuk memerintahkan orang beriman menolong Allah. Dan tentu Allah memberikan balasan bagi mereka yang menjadi penolong Allah.

ياَ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنْ تَنْصُرُوْا اللهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong Allah, maka Dia akan menolong kalian, dan meneguhkan kedudukan kalian.” [Muhammad: 7]

Jadi Allah dalam konteks ini ingin bukti kesaksian kita Bahwa tiada Tuhan selain Allah.

Kalau Allah, Kitab-Nya dan agama-Nya tidak perlu dibela, buat apa Nabi Muhammad SAW berdakwah dan menyebarluaskan islam dan menggaungkan nama Allah? Bahkan sampai berperang hingga berdarah-darah demi tegaknya agama Allah? Jangan bilang kalau tidak ada sejarah islam berperang untuk menegakkan Agama Allah. Sejarah itu ada! Perang Uhud, Perang Badar dll itu pernah ada. Bahkan ada yang diabadikan di Al-Qur'an. Jadi apakah yang dilakukan Nabi itu bukan karena membela dan menjadi penolong Allah dan agamanya? Itu contoh sederhananya.

Kamu juga harus ingat, Le. Sebuah sejarah ketika seorang wanita Muslimah, kehormatannya dinista oleh Yahudi Bani Qainuqa’, Nabi SAW yang mulia mengumumkan perang kepada mereka. Ketika kehormatan seorang wanita Muslimah dinistakan oleh kaum Kristen Romawi, dia menjerit, “Wa Mu’tashimah [Wahai Mu’tashim, tolonglah!]”, pasukan Khalifah al-Mu’tashim pun meluluh lantakkan mereka, hingga Amuriah berhasil ditaklukkan. Ketika kehormatan Nabi Muhammad saw. dinista, Sultan ‘Abdul Hamid II, segera memperingatkan Inggris untuk menghentikan pementasan drama yang menista kemuliaan Nabinya, dan jika tidak, Khilafah ‘Ustmani akan melumat Inggris. Itu sejarah yang tidak bisa kita tampik lagi. Untuk apa mereka sampai seperti itu kalau tidak dalam rangka menunjukkan kepatuhan dan ketaatan kepada Allah dan Syariatny? Mereka itu memposisikan dirinya sebagai penolong Allah.

Aku kira kamu sudah paham sampai di sini. Jangan mudah imanmu diombang-ambingkan perkataan-perkataan manusia yang terkadang terlihat baik dan benar tapi kenyataannya sebaliknya. Telaahlah setiap kalimat dari orang lain yang berhubungan dengan Agama, Allah, Al-Quran, Nabi Muhammad dan syariat lainnya. Bertanyalah kalau kamu ragu. Jangan sekali-kali berani menyimpulkan sendiri seenak jidatmu itu. Lah Al-Quran aja cuma kamu baca kadang-kadang dan lebih sering jadi pajangan kuk "ceniningan" sok berargumen tentang islam.

Penjelasan Mbah Guru benar-benar menonjok telak isi kepalaku.

Lalu beliau mengakhiri penjelasannya dengan membacakan ayat ini:

أَلآ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ
“Ingatlah, sesungguhnya para pelindung/kekasih Allah itu tidak ada rasa takut sedikit pun pada diri mereka, dan mereka pun tidak bersedih.” [Q.s. Muhammad: 62]

Setelah itu Beliau bertanya,
"Jadi masih berani bilang kalau Allah, Al-Quran, Syariat Islam dan Nabi Muhammad tidak perlu dibela? Kalau masih nanti kamu mau tak rukyah aja biar setan di kepalamu mingat!" Mbah Guru menyeruput kopinya. Tiba-tiba wajahnya berubah.

"Kopinya kuk pahit, Le?"

Rupa-rupanya aku lupa menaburkan gula ke dalamnya karena kebiasaan mengopiku yang tanpa gula. Wkakakaka

Yogya, 2016

By :
Dhedi R Ghazali

Syair Kematian



Oleh : Dinda Lindia Cahyani

Dia adalah hitam
Perlahan-lahan membungkam putih kehidupan

Datangnya merambat melebihi kecepatan cahaya
Ia terlalu dini untuk disadari

Dihantar Izrail yang tiada pernah membangkang Tuhannya

Ketika Firman sudah tersebut, maka maut segera merenggut

Apa mungkin meminta ditangguhkan?

Karena saat

Thursday 1 June 2017

Ruh Tulisan



Memperhatikan masa-masa ini, banyak sekali tulisan yang "Wow" tapi menyesatkan. Hal itu membuat saya berpikir lebih dalam, apa yang mendasari mereka? Tulisan mereka memang memiliki kekuatan tertentu. Entah dari mana!

Saya tidak berniat menghakimi, bahkan Allah membolehkan kita membicarakan keburukan seseorang untuk mewantikan agar tidak disesatkan olehnya.

Seperti halnya Musailamah Al-Kadzab yang mengaku Nabi palsu, apa Abu Bakar diam karena tingkahnya? Umat muslim yang memegang Al-Qur'an dan As-Sunnah tidak ridho atas keberadaanya yang menyesatkan manusia dari jalan Allah. Maka Abu Bakar dan umat muslim memeranginya.

Berbicara masalah kesesatan, seseorang tidak akan mengakui bahwa dia sedang tersesat kecuali setelah adanya taubat atas petunjuk-Nya. Jadi berhati-hatilah! Mereka akan mati-matian membela diri bahwa tulisannya tidak salah, tidak menyesatkan, padahal dia sudah melepaskan sebagian pegangannya dan berpegang kepada kitab yang lain.

Mereka akan memutar otak dan lidah agar tulisannya tampak "benar" dengan dibumbui istilah-istilah asing, pernyataan yang membingungkan, dan kiasan-kiasan yang indah lainnya.

Ingat Sarjah? Wanita yang mengaku Nabi yang juga bermain dengan kata-kata indah ingin meniru Al-Qur'an, Maha Suci Allah. Al-Qur'an yang diturunkan Allah tidak akan mampu ditandingi.

Begitu pun dengan manusia saat ini, mereka menulis dengan pembangkangan kepada Allah, mana mungkin bisa mengalahkan-Nya hanya dengan kalimat-kalimat sesat mereka?

Sesungguhnya, Allah akan selalu ada dalam tulisan mereka yang melawan kesesatan. Sebaliknya, tulisan yang menjauhkan Allah dari manusia hanya diisi dengan bisikan hawa nafsu serta setan.

Naudzubillah

#War_of_Words

6 Ramadhan 2017